satulelaki.com - Pasangan Anda hamil dan Anda ingin
berhubungan badan? Why not. Maju terus pantang mundur. Apalagi bila libido
sudah sampai di ubun-ubun. Sex after lunch bukan jalan keluar, apalagi 'jajan'
sembarangan. Selain dosa juga rawan HIV dan penyakit kelamin lainnya.
Seks selagi hamil boleh-boleh saja. Meskipun tak dipungkiri,
banyak orang, khususnya kaum lelaki, merasa was-was. Jangan-jangan tekanan penis
selama intercourse membahayakan janin atau ibunya. Bagi kaum hawa, bisa
dimaklumi kalau mereka kuatir dan was-was. Jangan-jangan nanti terjadi
pendarahan, keguguran atau minimal tidak nyaman karena bentuk tubuhnya yang
berubah.
Ada yang menganjurkan agar para pasutri tidak melakukan
kontak seksual selama tiga bulan pertama kehamilannya. Alasannya, plasenta belum
cukup terbentuk untuk mengikat janin dengan kuat, sehingga dapat mengakibatkan
keguguran. Begitu pula pada dua atau tiga bulan menjelang persalinan, kontak
seksual sebaiknya dihindari agar tidak terjadi kelahiran prematur atau
kemungkinan terkena infeksi.
Beberapa penelitian menunjukkan, hubungan seksual tidak membahayakan
kehamilan yang normal, menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Jika
hubungan seksual dapat menghentikan kehamilan atau menyebabkan keguguran , maka
ini merupakan cara sederhana untuk menggugurkan atau menghindari kelahiran bayi
yang tak diinginkan.
Begitu pula soal infeksi. Selagi masih setia pada pasangan
(monogami), tampaknya tak mudah terkena infeksi. Tapi jika salah satu, Anda atau
isteri Anda, pernah terlibat hubungan intim dengan WIL dan PIL, kemungkinan
terkena infeksi bisa saja terjadi. Bukankah tidak ada jaminan, alat kelamin
pasangan selingkuh Anda bersih dan sehat? Memang, jika Anda pernah terinfeksi
pengakit hubungan seksual (PHS), belum tentu bayi Anda tertular, karena dia
terlindung oleh selaput air di dalam rahim. Tak ada saluran terbuka di antara
vagina dengan janin di dalam rahim. Satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan
infeksi ke janin hanyalah melalui sirkulasi plasenta.
Jadi, hubungan seks selama kehamilan tak perlu dihindari.
Cuma, cara atau proses hubungan seks itu sendiri harus benar-benar
diperhatikan. Salah satu contoh, hindarilah tekanan langsung, misalnya berat
badan suami pada rahim yang membesar. Salah satu masalah yang sering menganggu
wanita adalah mereka tak dapat berbaring telentang pada saat hamil tua. Jika
mereka berbaring pada posisi itu, tekanan darah akan turun drastis. Keadaan ini
bisa membuat wanita seperti pingsan, berkeringat dan pucat. Kondisi ini disebut
'sindrom hipotensif telentang' yang disebabkan oleh tekanan rahim yang membesar
pada pembuluh darah besar.
Tekanan ini menyebabkan terhambatnya aliran darah dari bawah
ke jantung. Jika berbalik ke posisi miring, gejala tersebut biasanya akan hilang
dan wanita tersebut merasa lebih baik. Dengan memperhatikan kondisi tersebut,
tiap pasangan sebaiknya mencoba berbagai posisi pada kehamilan muda. Dengan
cara ini, diharapkan pada kehamilan tua, keduanya dapat menyesuaikan diri dengan
mudah. Sebaiknya hubungan seksual dilakukan bukan dengan posisi misionari,
yaitu posisi saling berhadapan dengan tubuh suami di atas tubuh isteri.
Apakah orgasme membahayakan wanita yang sedang hamil?
Ini pertanyaan bagus. Ada yang berpendapat, pada saat
orgasme kelenjar bawah otak wanita mengeluarkan hormon oksitoksin. Hormon ini
juga dilepaskan pada saat melahirkan, sehingga rahim bisa berkontraksi untuk
mendorong janin keluar. Jadi, kekejangan akan dialami selama atau setelah
orgasme akibat kontraksi rahim yang terjadi secara otomatis itu.
Akibat-akibat serius yang timbul karena orgasme itu hingga
kini memang belum diketahui. Namun, selama kontraksi terjadi, aliran darah yang
menuju plasenta dan janin, berkurang sehingga detak janin sedikit melemah. Tapi
keadaan ini tidak akan membahayakan si janin. Detak jantungnya akan kembali
normal setelah itu
No comments:
Post a Comment