Strategi
pendidikan seks, sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, harus disesuaikan
dengan tujuan, tingkat kedalaman materi, usia anak, tingkat pengetahuan dan
kedewasaan anak, dan media yang dimiliki oleh pendidik. Apabila dikaitkan
dengan budaya lokal, penjelasan harus tidak tercerabut dari tradisi lokal yang
positif, moral, dan ajaran agama.
Sebagai orang
Jawa, pendidik diharapkan memahami tentang budayanya termasuk dalam pendidikan
seksnya.
Dalam budaya
Jawa pendidikan seks dimulai dari hubungan-hubungan sosial pada masa remaja
dalam sistem sosial Jawa yang erat sangkut-pautnya dengan proses tercapainya
tingkat kedewasaan biologis. Masalah seks tidak pernah dibicarakan secara
terbuka dalam keluarga dan masyarakat Jawa umumnya meskipun dalam percakapan
banyak lelucon mengenai seks. Oleh karena ada rasa tabu dalam pembicaraan seks,
orang Jawa memiliki simbol lingga- yoni.
Lingga melambangkan falus
atau penis, alat kelamin laki-laki, sedangkan Yoni melambangkan
vagina, alat kelamin perempuan. Simbol-simbol ini sudah lama dipakai oleh
masyarakat nusantara sebagai penghalusan atau pasemon dari hal yang
dianggap jorok. Simbol lain seperti lesung-alu, munthukcobek, dan
sebagainya juga bermakna sejenis. Pelukisan seksual dalam khasanah filsafat
Jawa dikenal dengan isbat curiga manjing warangka yang arti lugasnya
adalah keris masuk ke dalam sarungnya.
Pendidikan seks
model Jawa yang serba menggunakan unggah-ungguh agar tidak “saru”
tersebut, disebabkan oleh hubungan seksual dalam pandangan Jawa merupakan
sesuatu yang luhur, sakral, dan memiliki fungsi untuk menjaga keharmonisan dan
kelangsungan hidup manusia. Keharmonisan yang beraroma kenikmatan tinggi jika
menggunakan seluruh tubuh untuk mencari dan mengekspresikankepuasan satu sama
lain. Hubungan seksual demikian adalah seks yang sesungguhnya dan yang memberi
arti yang sangat dalam.15
Secara edukatif,
anak bisa diberi pendidikan seks sejak ia bertanya di seputar seks. Bisa jadi
pertanyaan anak
tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu ekspresi anak harus bisa ditangkap
oleh orangtua atau pendidik. Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh
Nurhayati Syaifuddin menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5 tahun
adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut.
1.
Membantu anak agar ia merasa
nyaman dengan tubuhnya.
2.
Memberikan sentuhan dan pelukan
kepada anak agar mereka merasakan kasih sayang dari orangtuanya secara tulus.
3.
Membantu anak memahami perbedaan
perilaku yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan di depan umum seperti anak
selesai mandi harus mengenakan baju kembali di dalam kamar mandi atau di dalam
kamar. Anak diberi tahu tentang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh, dan
dilihat orang lain.
4.
Mengajar anak untuk mengetahui
perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
5.
Memberikan penjelasan tentang
proses perkembangan tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat yang
sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai tingkat kognitif
anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti “adik datang dari
langit atau dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan keingintahuan atau
pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang.
6.
Memberikan pemahaman tentang
fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri dari perasaan
malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri.
7.
Mengajarkan anak untuk mengetahui
nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama
alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria, daripada mengatakan
dompet atau burung.
8.
Membantu anak memahami konsep
pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau
pembicaraan
seks adalah pribadi.
9.
Memberi dukungan dan suasana
kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orangtua untuk setiap pertanyaan
tentang seks.
10.
Perlu ditambahkan, teknik
pendidikan seks dengan memberikan pemahaman kepada anak tentang susunan
keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran agama yang
terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.23 Saat anak sudah bisa nalar terhadap
struktur tersebut orang tua bisa mengkaitkannya dengan pelajaran fiqh.
11.
Membiasakan dengan pakaian yang
sesuai dengan jenis kelaminnya dalam kehidupan sehari-hari dan juga saat
melaksanakan salat akan mempermudah anak memahami dan menghormati anggota
tubuhnya.
Sebagaimana
telah disebutkan, teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan menyesuaikan
terhadap kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian dan bahasa
amat perlu dipertimbangkan. dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan
keingintahuan atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada
binatang.
No comments:
Post a Comment